KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alaimin. Segala
puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kita
masih diberi nikmat iman dan sehat oleh-Nya. Shlawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepad baginda Muhammad SAW. Yang telah menuntun kita ke jalan yang
terang benderang.
Disini
penulis ingin mengucapakan terima kaasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah tentang kemiskinan ini.
1.
Allah SWT
2.
Orang tua, Abi dan Umi
3.
Guru ekonomi MAN Insan Cendekia Serpong, Ibu Fatri Amida dan Ibu Sri
Hartini
4.
Teman- teman seangkatan
5.
Adik kelas X dan XI di MAN Insan Cendekia Serpong
Di dunia ini tidak
akan ada yang sempurna, begitu juga dengan makalah ini. Penulis meminta maaf,
apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus
dibenahi. Yang terakhir, semoga makalah ini dapat bermanfaat nantinya. Amin.
Tangerang Selatan, 2 September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kemiskinan adalah suatu masalah ekonomi di
Indonesia yang sudah menjamur hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kemiskinan
ini juga sudah banyak dikaji penyebab- penyebab dan dirumuskan solusi untuk
mengentaskannya. Namun, tampaknya solusi- solusi itu belum sepenuhnya sesuai
dengan suatu masalah kemiskinan di suatu daerah. Karena, seperti yang diketahui
masalah kemiskinan di daerah satu dan daerah yang lainnya tidak sepenuhnya
sama.
Kemiskinan itu sendiri adalah suatu keadaan
dimana seseorang belum mencapai standar kehidupan yang layak. Standar sandang,
pangan, dan papan. Banyak pengertian- pengertian kemiskinan yang lain yang
disampaikan oleh beberapa ahli ataupun badan- badan yang menangani masalah
kemiskinan.
Kemiskinan di suatu daerah tentunya terjadi
karena ada penyebab- penyebab atau faktor- faktoryang menimbulkan masalah
kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan itu sendiri juga banyak sekali jenis-
jenisnya. Yang mana jenis- jenis itu telah diklasifikasikan sesuai dengan
bidangnya masing- masing oleh para ahli.
Dalam makalah ini, penulis hanya akan fokus
pada provinsi Banten. Membahas kemiskinan di provinsi Banten. Dan yang
terpenting adalah memberikan usulan solusi dalam mengentaskan masalah
kemiskinan di daerah Banten.
Berdasarkan
sensus pada tahun 2010, penduduk Banten berjumlah 10.632.166 jiwa, dengan
perbandingan mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7.124.120 jiwa (67,01 %) dan di
daerah perdesaan sebanyak 3. 508.046 jiwa (32,99 %). dan menurut data pada
tabel di atas, prosentase penduduk miskin di desa lebih besar daripada
prosentase penduduk miskin di kota.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memberikan gambaran keadaan penduduk Banten, khususnya dalam masalah
kemiskinan. Dan diharapkan dari penulisan makalah ini muncul suatu solusi dalam
pengentasan masalah kemiskinan di Banten khususnya dan di daerah- daerah lain
di Indonesia pada umumnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat didirumuskan
beberapa masalah, antara lain :
1. Apakah penyebab utama masalah kemiskinan di Tangerang Selatan?
2. Berapakah penduduk Banten yang dikategorikan sebagai penduduk miskin?
3. Jenis kemiskinan apa yang ada
di Banten?
4. Solusi apakah yang mungkin bisa diterapkan di daerah Banten
sebagai cara untuk mengurangi kemiskinan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ni mempunyai
beberapa tujuan, antara lain:
1. Mengetahui seberapa besar penduduk Banten yang berada di level
miskin
2. Mengidentifikasikan jenis- jenis kemiskinan yang ada di Banten
3. Memberikan usulan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan di
Banten
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi
usuan solusi atas masalah kemiskinan yang mungkin nantinya bisa digunakan sebagai solusi nyata.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2. 1 Kemiskinan
2.1.1. Indikator kemiskinan menurut BPS
Indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1.
Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2
per orang
2. Jenis
lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan/semen
kualitas buruk
3.
Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
murahan/tembok tanpa plester
4.
Fasilitas tempat buang air besar tidak ada/ digunakan bersama
5.
Sumber penerangan umum bukan listrik
6.
Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/air sungai/air hujan
7.
Bahan bakar untu memasak sehari-hari menggunakan minyak
tanah/arang/kayu bakar
8.
Tidak pernah mengkonsumsi daging/susu/ayam per minggu atau hanya
satu kali dalam seminggu
9.
Tidak pernah membeli pakaian/ hanya membeli satu stel dalam
setahun
10. Hanya
satu kali/dua kali makan dalam sehari
11. Tidak
mampu membayar untuk berobat
12. Lapangan
pekerjaan : Petani (lahan < 0.5 ha); buruh tani; nelayan, buruh bangunan;
pekerjaan lainnya yang tidak tetap
13. Pendidikan
tertinggi kepala rumah tangga : Sekolah Dasar
14. Tidak
memiliki asset berupa tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp
500.000,-
Memenuhi 14 Kriteria diatas termasuk
katagori miskin, ditambah
15. Kriteria
Tambahan : Memiliki KTP KabupatenTangerang Selatan
2.1.2. Macam- macam kemiskinan
Kemiskinan menurut
penyebabnya terbagi menjadi 2 macam. Pertama adalah kemiskinan kultural, yaitu
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor‐faktor adat atau budaya suatu daerah
tertentu yang membelenggu seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu
sehingga membuatnya tetap melekat dengan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini
bisa dihilangkan atau sedikitnya bisa dikurangi dengan mengabaikan
faktor‐faktor yang menghalanginya untuk melakukan perubahan ke arah tingkat
kehidupan yang lebih baik. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan
yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok
masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil,
karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki
akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap
kemiskinan atau dengan perkataan lain ”seseorang atau sekelompok masyarakat
menjadi miskin karena mereka miskin” (BAPPENAS, 2010).
2. 2
Provinsi Banten
Sumber: BPS
Keterangan
tabel:
·
Penduduk miskin
penduduk yang pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) tidak
mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak.
·
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan
adalah
tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh
standar hidup yang layak (mencukupi) di suatu wilayah (setara dengan kebutuhan
konsumsi makanan 2100 kalori per hari).
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1Keadaan
Kemiskinan di Banten
Pada bab sebelumnya, penulis telah menyajikan
data tentang jumlah penduduk miskin di Banten. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa ternyata dari penduduk Banten seluruhnya yang berjumlah 10.632.166
jiwa, 7,16% diantaranya adalah penduduk
miskin.
Dilihat dari data diatas, bahwa provinsi
Banten adalah provinsi yang rata- rata upah/ gaji/ pendapatan buruh/ karyawan/
pegawai terendah di Indonesia, yaitu
1.000.000 rupiah. Padahal, upah minimum
Banten untuk tahun 2011 adalah 1.000.000. jadi, rata- rata upah pegawai hanya
sampai pada tingkat sama dengan upah minimumnya.
Jumlah itu
juga masih lebih kecil daripada upah rata- rata nasional yaitu 1.410.000
rupiah. Ini juga ada hubungannya dengan Masyarakat Banten yang tinggal di kota
ataupun di desa. Meskipun jumlah masyarakt yang tinggal di kota lebih banyak
dan seharusnya mempunyai pendapatan lebih tinggi. Namun, ternyata belum mampu
meningkatkan rata- rata upah pegawai Banten. Ini berarti terjadi ketimpangan antara masyarakat kota dan desa
3.1.2
Tingkat pengangguran
Tingkat pengangguran di Banten juga yang
tertinggi diantara 33 provinsi di Indonesia. Angka prosentase pengangguran di
Banten mencapi 13,66 %. Padahal tingkat pengangguran terbuka (TPT) nasional
hanya 7,54%.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
angkatan kerja di Banten yang belum mendapatkan pekerjaan atau menganggur. Hal
ini bisa jadi karena kurangnya lahan pekerjaan atau lowongan kerja dan bisa
jadi pula karena rendahnya tingkat pendidikan di Banten.
Jika dirinci per kabupaten/ kota, maka prosentase tertinggi TPT di
provinsi Banten adalah kota Cilegon, 19, 84% dengan jumlah penduduk sekitar
350.000 jiwa. Untuk daerah dengan TPT terendah adalah Kabupaten Tangerang
Selatan 8,22%. Lebih tinggi 1,08 % dengan TPT nasional. Ini mungkin akibat dari
pembangunan- pembangunan yang terjadi di kabupaten Tangerang selatan.
3.1.3
Akses terhadap air bersih
Grafik diatas menggambarkan seberapa air
bersih yang seharusnya bisa diakses oleh masyarakat. Disitu tergambarkan bahwa
prosentase akses air bersih rumah tangga di Banten lebih kecil dari proporsi
seharusnya. Ini bisa jadi diakibatkan oleh limbah- limbah rumah tangga itu
sendiri ataupun dari pabrik- pabrik yang berada di dekat sumber mata air.
Selain tiga gambaran tentang keadaan kemiskinan
di Banten, penulis ingin mengkerucutkan obyek penulisan makalah ini hanya dalam
konteks kabupaten Tangerang Selatan
Tangerang selatan termasuk kabupaten baru.
Karena sebelumnya kabupaten ini tergabung dengan kota Tangerang. Dari kriteria
kemiskinan menurut BPS pada tinjauan
pustaka diatas, ada beberapa kriteria kemiiskinan yang akan penulis bahas pada
bab ini. Yang pertama, luas lantai bangunan 8m2 per orang. Di
beberapa desa di kabupaten Tangerang Selatan, termasuk 2 desa yang pernah
penulis kunjungi, rata- rata luas tempat tinggal penduduknya kurang dari 8 m2
per orang.
Yang kedua, untuk kamar mandi, rata- rata di desa itu kamar mandinya meskipun
tidak untuk umum namun letaknya ada di luar rumah tidak tergabung menjadi satu
namgunan dengan rumah. Ketika penulis menanyakan hal ini kepada masyarakat,
memang rata- rata masyarakat di desa itu membuat kamar mandi di luar rumah.
Dan
yang ketiga, masalah mata pencaharian. Rata- rata masyarakat di desa itu ber
mata pencaharian sebagai buruh. Baik buruh bangunan ataupun buruh pabrik. Untuk buruh bangunan,
biasanya masyarakat desa tersebut menerima kerja borongan,dan ini dalam sebulan
biasanya 2-3 kali . untuk buruh pabrik, karena di sekitar desa tersebut berdiri
sekitar 500 pabrik, jadi banyak masyarakat yang bekerja di pabrik. Meskipun,
jumlah buruh dari desa itu tidak lebih banyak dari buruh yang berasal dari luar
kota seperti, Jakarta, bogor, dan selaiinnya.
3.2
Penyebab kemiskinan
Seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya,
bahwa penyebab kemiskinan di Banten
berbeda- beda. Artinya banyak penyebab yang mengakibatkan kemiskinan itu selalu
ada bahkan bertambah.
Grafik diatas menggambarkan jumlah anak yang
putus sekolah pada usia 7- 15 tahun pada
tahun 2009. Prosentase anak usisa 7- 15 tahun yang putus sekolah di Banten
adalah 2,09%, cukup rendah. Namun, tetap saja meskipun jumlah ini sedikit
dibandingkan provinsi- provinsi lain, jika terus dibiarkan akan mengakibatkan
generasi masa yang akan datang mempunyai pendidikan yang rendah. Dan itu
menjadi salah satu penyebab dari kemiskinan.
Penulis
menganggap oendidikanlah dasar, dengan pendidikan yang tinggi, insyaallah
seseorang tidak akan tertimpa kemiskinan. Keran ia punya cara untuk membuat
usaha atau semacamnya sesuai dengan yang telah ia pelajari. Dibawah ini
penyebab- penyebab timbulnya maslah kemiskinan yang khususnya terjadi di
Kabupaten Tangerang Selatan.
3.2.2 Berkurangnyalahan
pertanian.
Mata pencaharian awal masyarakat tangerang selatan umumnya adalah petani
dulunya . namun, seiring banyaknya pembangunan , lahan pertanian semakin
berkurang. Sekitar 70 persen dari 280 hektar lahan pertanian di Kota
Tangerang Selatan sudah dimiliki pihak ketiga, yaitu pengembang. Sebagian besar
lahan pertanian tersebut dimiliki sejumlah pengembang besar antar lain Alam
Sutera, BSD City dan Bintaro Jaya.Akibatnya, produksi pangan di Tangsel juga
mengalami penurunan dan tidak mampu mencukupi untuk seluruh jumlah penduduk
Tangsel yang berjumlah 1,3 juta jiwa.
Lapangan kerja inilah menjadi salah satu penyebab kemiskinan itu sendiri.
Susahnya mencari kerja mengakibatkan masyarakat rata- rata memilih untuk
menjadi buruh bangunan atau yang lainnya, yang gajinya masih berada dibawah
angka upah minimum provinsi Banten, 1.000.000 rupiah.
3.2.3 Penyebab
selanjutnya adalah tidak adanya dana untuk usaha.
Masyarakat mengaku mereka tidak mempunyai dana yang cukup untuk membuka
usaha. Selain itu, untuk meminjam dana dari bank diperlukan bunga dalam
pembayarannya. Dan itu dirasa memberatkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Simpulan
dari penulisan makalah ini adalah ternyata daerah ayng dekat dengan ibu kota
pun tidak menjamin daerah itu terbebas dari belenggu kemiskinan. Buktinya
provinsi Banten ternyata masih mempunyai masalah kemiskinan. Bahkan cukup
besar.
Dengan
daerah yang cukup luas dan beragam. Banten masih memiliki beberapa masalah penyebab kemiskinan, salah satunya
adanya ketimpangan.ada beberapa daerah di Banten, wilayah desa berdekatan
dengan wilayah kota. Atau wilayah tradisional berdampingan dengan wilayah
modern. Ini membuktikan bahwa masih ada masalah ketimpangan baik sosial,
ekonomi maupun yang lainnya di porvinsi Banten
4.2 Solusi
Masalah kemiskinan
di provinsi Banten bisa diatasi dengan beberapa cara. Yang pertama dengan
penyaluran dana terhadap masyarakat yang kekurangan modal. Hal ini bisa
mengurangi pengangguran, karena nantinya
masyarakat yang diberi modal akan bisa membuka usaha sendiri. Dengan syarat,
masyarakat telah mempunyai skill dalam menjalankan usaha. Dan ini bisa tercapai
dengan diadakannya pelatihan atau jika masyarakat mempunyai pendidikan yang
memadai.
Yang kedua,
perbaikan infrastruktur. Yang pertama, infrastruktur di bidang pendidikan.
Dengan adanya perbaikan sekolah, atau pembangunan sekolah baru. Maka,
masyarakat akan tertarik untuk belajar di sekolah itu, daripada di sekolah yang
tidak terawat. Dengan catatan, bahwa masyarakat yang tidak mampu diberi
keringanan dalam proses administrasinya. Karena, masalah kemiskinannya tadi
adalah ketidakmampuan untuk menempuh pendidikan yang tinggi. Yang kedua, sarana
untuk mendapatkan air bersih. Ini bisa mengurangi angka kemiskinan, karena
akses terhadap air bersih termasuk indikator kemiskinan.
4.3 Saran
Solusi yang dapat penulis berikan adalah, yang
pertama, untuk pemerintah agar melakukan inspeksi ke daerah- daerah terpencil
baik di Banten atau dimanapun, untuk melihat seberapa parah kemiskinan yang ada
didaerah tersebut. Dengan menegetahui secara pasti seperti, pemerintah bisa
membuat kebijakan yang nantinya akan bisa mengurangi jumlah masyarakat miskin
khususnya di wilayah tadi.
Untuk masyarakat, agar selalu berusaha mencari
jalan keluar dari kemiskinannya. tidak
boleh berpasrah diri terhadap kemiskinan yang ia derita, karena jika hanya
seperti itu maka tali kemmiskinannya tidak akan bisa terputus.
DAFTAR PUSTAKA
http://banten.bps.go.id/, diunduh Kamis, 29
Agustus 2012 pukul 13.18
http://www.bi.go.id/ , diunduh Jum’at, 30 Agustus 2012 pukul 10.45
http://www.tnp2k.go.id/ ,diunduh
Jum’at 30 Agustus 2012 pukul 11.15
Dan
beberapa orang yang diwawancarai
Gambar 1. Keadaan
kemiskinan di desa Setu, Gambar
2. Penulis sedang mewawancarai
Kecamatan Serpong seorang
penduduk
Gambar 3. Keadaaan
ketimpangan di daerah Setu Gambar
4. Keadaan kemiskinan di desa Setu
(diambil dari desa setu)